image

Epilepsi, gangguan sistem saraf pusat (neurologis)

Published : Sisfor | 2025-02-14 10:26:51 8 comments

Epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat (neurologis) yang menyebabkan seseorang mengalami kejang berulang akibat aktivitas listrik abnormal di otak. Kejang yang terjadi bisa berupa gangguan kesadaran, gerakan tak terkendali, atau sensasi yang tidak biasa. Epilepsi dapat memengaruhi siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau ras.

2. Penyebab Epilepsi

Epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya:

  • Kelainan Genetik: Mutasi pada gen yang mengontrol aktivitas saraf otak.
  • Cedera Kepala: Akibat kecelakaan, jatuh, atau benturan keras pada kepala.
  • Gangguan Perkembangan Otak: Seperti autisme atau gangguan metabolik yang terjadi sejak lahir.
  • Stroke atau Penyakit Pembuluh Darah Otak: Terutama pada orang tua.
  • Infeksi Otak: Seperti meningitis, ensefalitis, atau neurocysticercosis (infeksi cacing pita pada otak).
  • Tumor Otak: Bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam otak dan mengganggu aktivitas listrik otak.
  • Kelainan Struktur Otak: Seperti displasia kortikal atau hipokampus sklerosis.
  • Kekurangan Oksigen saat Lahir: Bisa menyebabkan kerusakan otak yang meningkatkan risiko epilepsi.

Namun, dalam banyak kasus (sekitar 50%), penyebab epilepsi tidak diketahui dan disebut epilepsi idiopatik.

3. Jenis-Jenis Kejang pada Epilepsi

Kejang epilepsi diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama:

A. Kejang Fokal (Parsial)

Terjadi di satu bagian otak dan dapat dibagi menjadi:

  • Kejang Fokal Sadar (Simple Partial Seizures): Pasien tetap sadar tetapi mungkin mengalami sensasi aneh, seperti perubahan rasa, bau, atau suara.
  • Kejang Fokal dengan Gangguan Kesadaran (Complex Partial Seizures): Pasien mengalami perubahan kesadaran, seperti tatapan kosong, gerakan otomatis (misalnya mengunyah atau menggosok tangan), dan kebingungan setelah kejang.
B. Kejang Generalisasi

Terjadi ketika aktivitas listrik abnormal melibatkan seluruh otak. Jenisnya meliputi:

  • Kejang Absence (Petit Mal): Ditandai dengan tatapan kosong selama beberapa detik, sering terjadi pada anak-anak.
  • Kejang Tonik: Otot menjadi kaku secara tiba-tiba.
  • Kejang Klonik: Gerakan otot berulang dan ritmis.
  • Kejang Tonik-Klonik (Grand Mal): Gabungan kejang tonik dan klonik, menyebabkan kehilangan kesadaran, tubuh kaku, dan gerakan kejang yang kuat.
  • Kejang Mioklonik: Terdapat sentakan atau kedutan otot yang tiba-tiba, seperti tersentak saat kaget.
  • Kejang Atonik: Kehilangan tonus otot secara tiba-tiba, menyebabkan pasien jatuh tanpa sadar.

4. Gejala Epilepsi

Gejala epilepsi tergantung pada jenis kejang yang dialami, tetapi secara umum meliputi:

  • Kehilangan kesadaran atau kebingungan mendadak
  • Tatapan kosong
  • Gerakan tak terkendali pada lengan dan kaki
  • Sensasi aneh, seperti deja vu, rasa aneh di perut, atau mendengar suara yang tidak ada
  • Kaku otot tiba-tiba
  • Kehilangan keseimbangan dan jatuh mendadak

5. Diagnosis Epilepsi

Untuk mendiagnosis epilepsi, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:

  • Riwayat Medis dan Wawancara Pasien: Dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat keluarga.
  • Elektroensefalografi (EEG): Mengukur aktivitas listrik otak untuk mendeteksi pola kejang.
  • MRI atau CT Scan: Untuk melihat kelainan struktur otak, seperti tumor atau kelainan pembuluh darah.
  • Tes Darah: Untuk mencari kemungkinan penyebab lain, seperti infeksi atau gangguan metabolik.

6. Pengobatan Epilepsi

Epilepsi dapat dikendalikan dengan beberapa cara, di antaranya:

A. Obat Antiepilepsi (OAE)

Obat-obatan ini bertujuan untuk menstabilkan aktivitas listrik otak. Beberapa yang umum digunakan adalah:

  • Fenitoin
  • Karbamazepin
  • Asam Valproat
  • Lamotrigin
  • Levetiracetam
  • Topiramat

Obat ini harus dikonsumsi sesuai anjuran dokter, dan dosisnya disesuaikan dengan kondisi pasien.

B. Operasi Otak

Jika epilepsi tidak dapat dikendalikan dengan obat, dokter mungkin menyarankan operasi, seperti lobektomi temporal untuk mengangkat bagian otak yang menyebabkan kejang.

C. Terapi Stimulasi Saraf
  • Vagus Nerve Stimulation (VNS): Menggunakan alat implan untuk mengirim impuls listrik ke saraf vagus.
  • Responsive Neurostimulation (RNS): Alat yang ditempatkan di otak untuk mendeteksi dan menghambat aktivitas listrik abnormal.
D. Pola Makan Khusus
  • Diet Ketogenik: Tinggi lemak dan rendah karbohidrat, sering digunakan untuk anak-anak dengan epilepsi yang sulit dikontrol.
  • Diet Modifikasi Atkins: Alternatif dengan aturan lebih fleksibel dibandingkan diet ketogenik.

7. Faktor Pemicu Kejang

Beberapa faktor yang dapat memicu kejang pada penderita epilepsi meliputi:

  • Kurang tidur
  • Stres emosional
  • Cahaya berkedip (misalnya dari layar komputer atau TV)
  • Demam tinggi
  • Alkohol atau obat-obatan terlarang
  • Mengonsumsi obat yang berinteraksi dengan obat antiepilepsi

8. Komplikasi Epilepsi

Jika tidak dikendalikan dengan baik, epilepsi dapat menyebabkan:

  • Cedera akibat jatuh atau kejang mendadak
  • Status Epileptikus: Kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau terjadi berulang tanpa pemulihan penuh, yang bisa mengancam nyawa.
  • Epileptic Psychosis: Gangguan psikologis akibat epilepsi kronis.
  • SUDEP (Sudden Unexpected Death in Epilepsy): Kematian mendadak yang jarang terjadi, tetapi lebih berisiko pada epilepsi yang tidak terkontrol.

9. Pencegahan dan Manajemen Hidup dengan Epilepsi

Meskipun epilepsi tidak selalu bisa dicegah, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko kejang:

  • Minum obat secara teratur sesuai resep dokter
  • Tidur cukup dan menghindari stres
  • Menghindari alkohol dan obat-obatan terlarang
  • Menggunakan alat pelindung kepala saat beraktivitas berisiko tinggi
  • Menghindari pemicu kejang seperti cahaya berkedip atau pola makan tidak sehat

Kesimpulan

Epilepsi adalah gangguan neurologis yang menyebabkan kejang berulang akibat aktivitas listrik abnormal di otak. Penyebabnya beragam, dari faktor genetik hingga cedera otak. Meskipun belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan epilepsi, kondisi ini dapat dikendalikan dengan obat antiepilepsi, terapi, atau dalam beberapa kasus, operasi. Dengan manajemen yang tepat, penderita epilepsi dapat menjalani kehidupan yang normal dan produktif.

Komentar